Pemandu wisata yang super gaul.

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer

Pemandu wisata (Tour Guide) adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan atau pendidikan tentang kepariwisataan kepada masyarakat di setiap tempat kunjungan wisata agar mereka bisa mengerti apa tujuan dan keuntungan dari kedatangan tamu asing ke kampung mereka seperti dengan menjual produk-produk lokal/ kerajinan tangan, tarian tradisional dan cara membuat/proses tenun ikat, anyam bakul dan lain sebagainya yang membuat tamu betah tinggal lebih lama dan mereka sangat menikmati dan tentunya tamu akan membeli sesuatu jika membuatnya sangat tertarik dan sangat membutuhkannya.

Pemandu wisata juga bertugas sebagai penjelasan dan petunjuk tentang obyek wisata serta membantu keperluan wisatawan selama mengunjungi di suatu daerah atau tempat kunjungan wisata dalam hal ini yang paling utama adalah keamanan tamu dan membuat tamu bahagia.

Seseorang disebut pemandu wisata berarti dia sudah memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, minimal lulusan sekolah menengah industri pariwisata. Selain memiliki keterampilan bahasa asing yakni bahasa Inggris atau bahasa asing negara asal wisatawan, dia harus mengetahui antara lain latar belakang sejarah adat istiadat, dan struktur sosial dari masyarakat di daerah tujuan yang akan mereka kunjungi.

Kelompok kecil/Suku yang percaya adat adalah tradisi lokal

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Suku Sawu, yang mendiami wilayah Rongga, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur, Flores NTT masih menyimpan kepercayaan purba. Salah satunya adalah pemunculan mata air di atas permukaan diyakini sebagai pemberian Mori Ngara atau Embu Nusi (Maha pencipta). Bila ada yang menemukan mata air seperti itu maka ia harus melaporkan kepada ketua adat. 

Selanjutnya ketua adat akan mengundang semua penduduk kampung untuk menggelar ritual adat dengan mengorbankan seekor ayam jantan untuk memohon kepada "Mori Ngara"(Pencipta alam semesta) agar mereka dapat mengkonsumsi air tersebut tanpa mengalami pengaruh negatif.

Natal bersama masyarakat Indonesia di Frankfurt am Main. Jerman

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Group Tari Pesona Indonesia
NATAL adalah kisah kelahiran Yesus bagi umat kristiani, Yesus diutus Tuhan sebagai juruselamat umat manusia yang percaya kepadaNya. Hari Natal 25 Des 2019, saya mengikuti ibadah bersama Jemaat Kristus Indonesia di Frankfurt am Main (JKIF). Misa mulai Jam: 04.00pm – 05.00pm dan misa dipimpin oleh Pdt. Junita Rondonuwu Lasut. Pada hari yang sama tradisi di Jerman selalu mengadakan makan bersama keluarga sepulang dari gereja dan ini sangat penting karena diadakan setahun sekali. Setelah ibadah natal umat diundang untuk mengkuti acara ramahtamah di aula khusus yang telah disediakan oleh pengurus Jkif.

JKIF: Jemaat Kristus Indonesia
Ramahtamah natal sangat meriah karena diisi dengan beragam acara, turut hadir Konsul Jenderal Frankfurt bersama ibu dan juga para sesepuh/para tokoh agama dari Indonesia yang tinggal di Jerman.  Acara pembukaan nyanyian natal oleh anak- anak yang berusia 7 – 10 tahun, lalu dilanjutkan dengan kata sambutan dari Bapak Toferry Primanda Soetikno selaku Konsulat Jenderal Repubelik Indonesia Frankfurt, beliau mengucapkan selamat hari raya natal semoga damai natal membawa berkah untuk semua yang ada di sini, dan di akhir kata beliau menghimbau untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama yang selama ini sudah sangat akrab dan toleransi.

Warga aseli Jerman sangat menyukai Kucing dan Anjing

Sekedar berbagi cerita.
Oleh: Dus Fotografer.


Di Eropa hampir sebagian penduduknya sangat menyukai hewan peliharaan seperti Anjing dan Kucing, terutama anak kecil dan usia remaja, dan kadang-kadang di setiap rumah penduduk memiliki dua sampai tiga ekor Kucing atau Anjing. 


Keseharian mereka sangat harmonis dengan pemiliknya, hewan peliharaan itu disuntik anti dari segala penyakit/vaksinasi dan ada juga yang disteril untuk tidak meneruskan keturunan. Maksud dari vaksinasi disini agar penyakit yang ada pada hewan tersebut tidak menular pada manusia yang ada di sekitarnya.

Kucing dan Anjing tersebut memiliki identitas dengan pemasangan chip di leher, dengan maksud jika suatu saat mereka menghilang dari rumah, dan ada orang yang menemukannya dalam keadaan sakit, segera melaporkan ke dokter hewan terdekat/dokter khusus untuk binatang peliharaan.

Di setiap klinik khusus untuk hewan di Eropa selalu ada alat untuk scan chip yang ada pada leher kucing untuk mengetahui siapa namanya dan siapa pemiliknya. Kami memelihara dua ekor Kucing di rumah, keduanya kami berikan nama yang mudah diingat dan didengar oleh mereka ketika kami memanggilnya, nama mereka yaitu: Sayang dan Cinta, "Sayang"jenis kelamin betina dan "Cinta" jenis kelamin jantan.

Kucing lokal dari Aceh tinggal di Jerman

Sekedar berbagi cerita.
Oleh : Dus Fotografer
Kami memelihara beberapa ekor kucing lokal di rumah kontrakan pada saat tugas pasca tsunami Aceh sebanyak 12 ekor. Awalnya hanya satu ekor yang kami beri nama Bobby. Bobby kami mengambilnya dari kampung Tijue tempat pertama kami tinggal di Sigli Pidie. 

Alasan kami mengambilnya karena setiap malam dia menangis mencari pertolongan tepat di belakang dari kamar tidur kami, lalu kami menghampirinya dan memeriksanya, ternyata matanya rabun tidak dapat melihat dengan jelas saat kami mencoba memberi makanan dan susu, kesehariannya selalu ditinggalkan oleh induknya. 

Karena pergaulan bebas di rumah pindahan akhirnya setelah beberapa bulan kemudian Bobby bunting, kelahiran pertama menghasilkan 6 ekor anak yang semuanya dalam keadaan sehat dan setahun kemudian melahirkan lagi 6 ekor anak.

Pesta rakyat Indonesia di Frankfurt am Main. Jerman

Indonesia di Museumuferfest 2019 yang diadakan setiap tahun oleh pemerintah kota Frankfurt. Kantor perwakilan Indonesia di Frankfurt am Main serta seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang berada di lingkungan kerjanya turut berpartisipasi dalam acara promosi pariwisata Indonesia di luar negeri sekaligus melaksanakan pesta rakyat yang biasanya diadakan pada saat HUT kemerdekaan RI. ( SDM Unggul Indonesia maju, tema HUT RI yang ke- 74, yang pelaksananya di Wisma Konjen pada tanggal, 17 Agustus 2019 ).

Acara promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia menampilkan beragam tarian tradisional dari tanah air oleh masyarakat Indonesia yang berbakat menari. Tarian tradisional yang dipentaskan oleh mahasiswa - mahasiswi Indonesia pada acara Museumsuferfest tahun ini:
1.Tari Gambyong dari Solo, Jawa Tengah yang Penarinya: Etty, Naftha, Yuri dan Tania. 2.Tari Jaipongan Waledan dari Jawa Barat yang Penarinya: Meryl, Dety, Priska, Andrea dan Riany. 
3.Tari Gitek Balen dari Betawi / Jakarta yang Penarinya: Hanna, Tina, Naftha dan Desna. 4.Tari menyebrang lautan (Moderne Interpretation). Penarinya: Aci, Priska, Meryl, Yuri, Jessi dan Putri. 5.Tari Piring dari Padang Sumatra Barat yang Penarinya: Etty, Andrea, Dety, Desna dan Tania. 

6.Tari Enggang dari Dayak Kalimantan yang dibawakan oleh: Tina, Jessi, Hanna, Riany dan Priska. 7.Tari Mambri dari Papua yang penarinya: Andrea, Naftha, Dety, Desna, Aci dan Putri. 8. Adegan Kangen oleh: Aci dan Meryl. Dan masih banyak tari-tarian lainnya yang tidak sempat aku sebutkan satu persatu disini.

Tari Tandak dari Manggarai Timur Flores-Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Tari tandak yang dalam bahasa daerah kami sebutannya dandi artinya menyanyi sambil melakukan gerakan badan oleh pria dan wanita, menyanyi dalam bentuk pantun dari kelompok pria yang bertanya dan kelompok wanita yang menjawabnya ataupun sebaliknya. Dandi atau nyanyian ini sebuah tanya jawab dari sesuatu hal yang terjadi di wilayah yang mereka diami dalam kehidupannya sehari-hari. 

Pelaksanaannya pada malam hari dan juga pada siang hari, peserta tandak membentuk sebuah linggkaran dan saling berpegangan pundak atau berpelukan dan berjalan, sedangkan yang pria berjalan sambil mengangkat kaki sebatas lutut dan menghentakan kaki ke tanah.

Tari Vera dari Manggarai Timur-Nusa Tenggara Timur.Indonesia

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Vera adalah nama dari tarian adat yang sangat tua dari kampung Wolomboro, Waesoke, Pandoa, Bamo Mbero, Nangarawa, Sere dan Waekutung tepatnya di kabupaten Manggarai Timur-Nusa Tenggara Timur sejak ratusan abad yang lalu, yang pelaksanaannya bisa pada malam hari dan siang hari. Vera diminati oleh semua wanita, baik yang masih remaja maupun yang sudah bersuami.

Tari vera saling berpegangan tangan, yang direntangkan sejajar dengan dada dan membentuk baris memanjang bukan lingkaran, bernyanyi sambil menari dengan memgangkat kaki satu sebatas lutut lalu lari ke kanan dan ke kiri mengikuti irama lagu. 

Kelompok Pria membentuk barisan sendiri saling berpegangan tangan dan mengikuti irama yang sama seperti kelompok wanita. Lagu-lagu yang dinyanyikan menceritakan tentang kegiatan dari nenek moyang mereka atau cerita-cerita pada zaman dahulu kala dalam bahasa adat rongga atau bahasa daerah setempat.

Selamat datang ke pulau Sumba - Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Oleh: Dus Fotografer
Pulau Sumba, banyak menyimpan sejarah adat budaya, beragam suku dan agama. Banyak perkampungan tua dengan rumah tradisional yang beratap rumput ilalang, dan mereka sangat setia merawat dan menjaga keaseliannya.

Ada beberapa kampung belum memiliki penerangan, masyarakat masih menggunakan lampu pelita dari minyak tanah, bila kita mengunjungi pada malam hari kampung-kampung itu sangat gelap, namun semua ini sangat menarik perhatian bagi wisatawan untuk berkunjung.

Acara Adat dilaksanakan hampir setiap bulan, mulai dari adat pembuatan rumah baru, perkawinan, penguburan, wula podhu, pasola dan acara adat lainnya. Masyarakat pada umumnya sangat ramah, suka memberi atau menyapa dengan senyuman manis dari hati yang tulus ikhlas. Tamu yang berkunjung tidak merasa puas bila hanya sekali berkunjung, karena mereka selalu terhibur dengan berbagai kegiatan dan acara adat.

Cerita tentang Pasola di Sumba Barat versi pariwisata

Oleh: Dus Fotografer
Photo by. Dani Lanjamara Local Guide in Sumba
Pasola adalah pertarungan antar dua kelompok dari berlainan kampung, awal permainan Pasola dimulai dari pantai, dan para Rato Nyale dari jam: 05.00 am telah membuat acara adat sambil menunggu matahari terbit untuk menangkap cacing laut yang dalam bahasa sumba: Nyale. 

Cacing ini mempunyai bentuk tubuh yang sangat kecil dan memanjang mencapai 30cm dan akan melihatnya pada saat sinar matahari pagi mengenai air laut. Sebelum dilakukan penangkapan Nyale, seorang Rato telah duduk di atas sebuah batu yang ada di dalam air tersebut sambil memperhatikan munculnya cacing.

Apabila Rato melihat cacing segera memberi kabar kepada Rato yang lain dengan teriakan yang disebut kayaka, teriakan kegembiraan bahwa Pasola hari tersebut akan dilaksanakan. Sementara para Rato dan pengikutnya menangkap Nyale, Pasola di pantai dimulai dan berlangsung selama satu sampai dua jam, lalu langsung menuju arena yang luas tempat dimana Pasola pada hari itu dipertandingkan.

Paduan suara/Mia Patria Choir kembali menghibur masyarakat Indonesia di Jerman

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Indonesian cultures symphony Mia Patria Choir, adalah kumpulan Mahasiswa/i Indonesia dari beberapa universitas di tanah air yang berbakat menari tarian tradisonal, menyanyi lagu-lagu daerah dan memainkan alat-alat musik tradisional. Dan pada saat mereka tampil menari dan menyanyi selalu mengenakan pakaian tradisional dari setiap daerah di Nusantara.

Menurut informasi yang saya dapat dari salah satu vokalis yang menampilkan lagu-lagu daerah dari pulau Flores (Pak Jhon Tanggur/ asal Manggarai), bahwa sebelum ke Eropa, diadakan perlombaan seperti „DSDS“ Deutschland sucht den superstar, dari sekian juta peserta dan yang terbaik saja boleh ikut tour ke Eropa.

Dirgahayu RI yang ke-73 di Wisma KJRI Frankfurt am Main. Jerman

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer


Foto bersama para Diplomat KJRI Frankfurt
Kerja Kita Prestasi Bangsa, tema Dirgahayu RI yang ke-73 tahun 2018. Merayakan hari ulang tahun kemerdekaan repubelik Indonesia di luar negeri adalah sebuah kesempatan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, karena yang hadir bukan hanya masyarakat Indonesia akan tetapi hadir juga warga negara asing yang menikah dengan saudara-saudari kita dari beberapa kota di Jerman. Mereka sangat tertarik dengan budaya Indonesia yang beraneka ragam, dari musik Gamelan, Angklung, Tari-tarian dan cara berbusana khas masing-masing daerah dari tanah air.

Satu jam sebelum upacara dimulai para undangan sudah memadati lapangan upacara di Wisma KJRI yang sebelumnya para undangan mendaftarkan diri atau daftar hadir, lalu dari panitia pengurus HUT RI membagikan kupon untuk makan siang.

Parade der Kulturen 2018 di Frankfurt am Main. Jerman

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer

Bapak Konsul Jenderal RI Frankfurt dalam barisan Parade
Masyarakat Indonesia yang tinggal di Frankfurt am Main dan sekitarnya selalu aktiv mengikuti acara Parade der Kulturen yang diadakan setiap 2 tahun oleh pemerintah Jerman khususnya pemerintah kota Frankfurt am Main, dan tahun ini tepat pada tanggal, 16 Juni 2018. 

Tema Parade kali ini, Gemeinsam, Solidarisch, Frankfurt, bertujuan untuk mempersatukan semua etnis, saling bergandengan tangan menuju Frankfurt yang indah, nyaman dan damai untuk semua orang, sekaligus sebagai ajang promosi pariwisata dan budaya dari setiap negara. 
Pada Parade budaya tahun ini Persatuan Masyarakat Indonesia Frankfurt dan sekitarnya (PERMIF e.V) yang diketuai oleh ibu Nurlina Forschner, berada di nomor urut ke 4 dalam barisan dari 46 negara lainnya, memperkenalkan Bhineka Tunggal Ika ( Einheit in der Vielfalt ) dengan menampilkan pakaian tradisional dari setiap daerah di tanah air seperti Sumatera barat, Aceh, Batak, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan sampai ke Timur Indonesia seperti Flores, Ambon, Papua dan Alor.

Selamat berlibur ke Labuan bajo Flores Barat. Nusa Tenggara Timur.

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer


Sekedar melengkapi hari libur di bulan Maret 2016, aku mengunjungi Pulau Flores dengan tujuan utama ke Labuan Bajo Flores Barat. Penerbangan dari Bali menuju ke Labuan bajo dan Maumere sangat lancar 2 kali dalam sehari, pagi hari dan sore hari untuk 3 jenis penerbangan: Silk Air, Garuda dan Lion Air. Dari Ngurah Rai Airport ke Labuan bajo aku menggunakan jasa penerbangan Lion Air dengan harga RP.980.000 Sehari sebelum hari Nyepi, kalau hari biasa hanya Rp.650.000, penerbangannya di pagi hari check in jam: 7.00 am dan take off jam 8.10 am.

Labuan bajo sudah selangkah maju jika dibandingkan dengan sebelum diresminya pulau Komodo menjadi New7Wonders of Nature, sudah ada Hotel bintang lima, dive centre yang lengkap dengan kolam renang, rumah makan standart internasional yang letaknya sangat strategis untuk memotret pemandangan ke arah laut dengan sunset yang mempesona ( Blue Marlin Dive dan TreeTop Restaurant free Wi-Fi , komodo restaurant dan paradise bar ) para tamu bila sore hari sambil menikmati makanan dan minuman sangat terhibur dengan matahari terbenam.

Makanan tradisional orang Manggarai Flores Barat - Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Oleh: Dus Fotografer

Tepung dari Jagung dan Beras setelah diolah sedemikian rupa adalah salah satu jenis makanan tradisional orang Manggarai yang mendiami wilayah bagian barat dari pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Makanan tradisional ini disuguhkan kepada tamu yang berkunjung ke rumah mereka dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengolah Jagung atau Beras menjadi tepung yang diinginkan, melalui proses yang cukup komplikasi, sehingga untuk menyebutkan namanya di dalam bahasa Manggarai cukup sulit mengejakannya seperti: Wengu, Rebok, Wu,u, Wengu Teghak, Wengu Lenga, Wengu Ndawa dan Jojong, yang artinya tepung dari Jagung dan Beras yang telah diproses sedemikian rupa.
Berikut ini saya coba menjelaskan cara pembuatannya:
A. Wengu ndawa, wengu teghak, wengu lenga, semua bahan dasar dari Jagung. Carilah Jagung yang berkwalitas bagus, dan jika ingin menghasilkan aroma yang lebih menusuk sum-sum kepala, gunakan Jagung yang baru panen/ masih segar, lalu digoreng menggunakan kuali dari tanah tanpa minyak. Hati-hati pada saat menggorengnya jangan sampai hangus, kondisi Jagungnya harus garing agar memudahkan untuk ditumbuk.

Motif Kain Manggarai Flores Barat - Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Arti dan makna dari selembar kain songke manggarai
Oleh: Dus Flores Frankfurt.

SONGKE MANGGARAI
Sarung dari Manggarai yang lazim disebut songke mengandung banyak makna dari motif-motif yang ada seperti: Motif Bunga, dalam bahasa manggarai wela kawong, bermkana interpendensi antara manusia dengan alam di sekitarnya. 

Motif Ranggang atau Laba-laba bersimbol kejujuran dan kerja keras, dan menegaskan ketertautan antara rumah dan kebun/ Gendang one agu lingko pe'ang. Struktur atap rumah menyerupai jaring Laba-laba, demikianpun pembagian tanah untuk perkebunan juga menyerupai sarang Laba-laba. 

Simbol ini memberi makna bahwa orang manggarai selalu menjaga kesatuan antara rumah tempat berteduh dengan kebun/ladang/sawah tempat mendapatkan nafkah.

Hal ini juga mengedepankan peran perhitungan (matematis) nenek moyang orang manggarai yang sudah berkembang sejak zaman dahulu kala. Motif Ju,i garis-garis batas pertanda berakhiran segala sesuatu, yaitu segala sesuatu ada akhirnya, ada batasnya. 

Motif Ntala (Bintang) terkait dengan harapan yang sering dikumandangkan dalam tudak, doa porong langkas haeng ntala, supaya senantiasa tinggi sampai bintang. Motif Wela Runu/Bunga Runu, melambangkan sikap atau ethos bahwa orang manggarai bagaikan bunga kecil, tapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini.

Cara membuat periuk dari tanah di Manggarai Timur Flores-Nusa tenggara timur.

Oleh: Dus Fotografer.


Periuk dari tanah adalah sebuah alat untuk memasak yang digunakan oleh penduduk kampung wokopau, waepoang, wolomboro, wae soke dan wolobaga di pulau Flores tepatnya di Desa Bamo Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur sejak beberapa abad yang lalu. Mereka menggunakan periuk tanah ini untuk menanak nasi, merebus jagung, memasak sayur dan lain sebagainya, karena lebih praktis dan lebih hemat biaya.

Pekerjaan untuk membuat periuk dari tanah biasanya dilakukan oleh kaum hawa, dari semua jenis perlengkapan dapur dibuatnya, membuatnya pun sangat tradisional yaitu menggunakan batu sebagai palu, percikan air untuk melembabkan keadaan tanah, dan daun pisang sebagai pembungkus tanah, dan beralaskan selembar papan sebagai dasar penyimpan tanah yang mau diperam. Proses pembuatan sebuah periuk yang bagus membutuhkan waktu dua bulan.

Selamat datang ke pulau Flores-Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Oleh: Dus Fotografer
Labuan bajo Flores Barat.
Pulau Flores adalah salah satu pulau terbesar yang ada di Nusa Tenggara Timur. Indonesia, sebuah pulau yang selalu setia didampingi oleh laut dan pantai pasir putih yang membentang luas, yang dibungkus oleh hutan rimba dengan beraneka habitat di dalamnya.

Sebuah pulau yang selalu memberikan kesejukan hati oleh air terjun, danau air tawar, mata air yang bening dan aliran sungai yang panjang dan bersih.

Sebuah pulau yang selalu dihiasi oleh beraneka ragam bunga yang bermekar ria pada musimnya, sebuah pulau yang selalu ditemani oleh pegunungan, bukit dan lembah dengan panorama yang menjanjikan para pengunjung untuk betah memandang dan merindukan jika menjauh darinya. 

Boleh dikatakan di sanalah tempat wisata yang paling menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara dan yakin anda tidak akan merasa kesepian karena selalu terhibur dengan keramahtamahan orang-orang yang ada di setiap tempat kunjungan wisata.

Wokopau Desa Bamo Kecamatan Kota Komba Manggarai Timur Flores - Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Mungkin akan sulit dibayangkan sebuah kampung yang ingin aku ceritakan ini, karena di zaman millenium masih ada sebuah tempat yang begitu "tertinggal"di sebuah negara berkembang yang bernama Indonesia, tapi biarlah aku coba menceritakannya walaupun dengan tulisan seperti lidah terbatas mengolah kata.

Selain berbagi cerita, yang penuh arti untukku pribadi, semoga juga bermanfaat untuk para pembaca yang ingin tahu tentang kampungku. Wokopau adalah nama sebuah kampung kecil di Nusa Tenggara Timur tepatnya di Manggarai Timur Flores. Kampung yang menyimpan berpuluhan kenangan keluguan masa kecil. Untuk mencapai ke kampung ini dapat melalui Labuan Bajo Flores Barat atau dari Maumere Flores Timur.

Penduduk di kampung ini hanya 70 orang dari 26 kepala keluarga dan semuanya petani sawah dan ladang kering. Penghasilan perbulannya rata-rata sepuluh ribu rupiah per orang ataupun per keluarga. PDAM belum ada sampai saat ini dan mungkin tidak pernah ada karena pemerintah tidak terlalu tertarik dengan kampung yang penghasilannya minim (maaf ini hanya asumsi saya pribadi).
Untuk kebutuhan air minum masyarakat masih mengkonsumsi air dari sungai Waepoang yang ada di kampungku, di sungai itu pula aku sering bermain-main dengan saudara dan sahabat-sahabat kecilku dulu. Ada mata air yang jernih di hulu sungai itu, tapi sayangnya kami mandi, bermain dan memandikan hewan juga di sungai yang sama. Bila musim kemarau tiba kadang sungaipun hingga kering dan kami harus berjalan sekitar 2 kilometer untuk sekedar mendapatkan air di sungai yang lain, bernama Waewaru.